Dudi Ridwandi

Asli Kota Pekalongan, seorang tenaga kependidikan di Kota Pekalongan, yang meniti asa menjadi seorang penulis dan menjadi Dosen...

Selengkapnya
Navigasi Web
SANTRI MASUK NERAKA

SANTRI MASUK NERAKA

Dulu saya pernah mendengar pengajian dikampung. Pak Ustadz menceritakan kejadian yang sangat membuatku takut dan ngeri. Dia menceritakan ada beberapa santri yang mondok di pesantren. Disana telah diajarkan berbagai ilmu agama. Setelah tahun ajaran terakhir dan dinyatakan lulus, para santri dikumpulkan di aula untuk mendapatkan ceramah terakhir dari Sang Kiai. Sang Kiai tertuju pada satu santri (sebut saja santri X) yang dipojok belakang karena dalam mata bathinnya dia mengetahui bahwa santri tersebut kelak akan masuk neraka. Lalu sambil memberikan wejangan terakhir fikirannya tetap pada satu santri tersebut. Dia merasa apa yang salah dengan dia dan apakah yang saya ajarkan kepadanya itu salah ? pikirnya. Sang Kiai berpesan kepada semua santri agar ilmu yang telah diberikan di pesantren untuk dapat diamalkan dimasyarakat nantinya.

Setelah perpisahan, semua santri pulang ke daerahnya masing-masing. Ada yang menjadi guru ngaji, ada yang berdagang dan pula yang menjadi pemimpin pondok/pesantren. Singkat cerita si Santri X itu adalah seorang yatim. Dia hanya berdua dengan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Santri tersebut berbakti sekali sama ibunya. Tiap hari dia yang memandikan, menggendong, menyuapi makan ibunya. Selama hidupnya dia selalu mendengarkan segala apa yang diperintahkan ibunya dan selalu berdo'a untuk kesembuhan ibunya.

Saat dhuhur tiba, saatnya di Santri itu menunaikan ibadah solat dhuhur. Pada waktu rokaat pertama berjalan tiba-tiba ibunya memanggil santri tersebut. " Le, reneo sedelok le, simak arep njaluk tulung" (Nak, kesini sebentar nak, ibu mau minta tolong)". Dia berfikir dalam hati nanti saja ini setelah solat selesai baru mau nemuin ibu. Pada rokaat kedua ibunya memanggil lagi " Le, reneo sedelok le, simak arep njaluk tulung" (Nak, kesini sebentar nak, ibu mau minta tolong)". Lalu si anak tadi berfikir dalam hatinya ibu ini selalu menyusahkan terus, kok ndak mati sekalian ibu ini daripada tiap hari merepotkan.

Setelah selesai solat si Santri menemui ibunya dan ternyata ibunya sudah tidak bernyawa lagi alias sudah meninggal. Betapa menyesalnya dia kenapa tadi di panggil tidak segera datang dulu, untuk solat kan bisa di lakukan setelahnya. Dia menangis sejadi-jadinya.

Hikmah semua ini tentunya kita sebagai anak harus patuh kepada ibunya walaupun dalam keadaan apapun. Lalu jangan sampai nyepatani (mengutuk) karena kemarahan kita. Sekarang banyak di masyarakat kita kalau orang tuanya sakit-sakitan malah didoakan supaya meninggal dengan dalih kasihan sakit terus. Padahal itu yang bisa menyeret kita ke dalam neraka. Wallahu 'a'lam. Seharusnya didoakan supaya sembuh...Kemudian semua ibadah solat, sedekah,haji kita akan sia-sia bila kita gores hati ibu kita, orang yang telah melahirkan kita........(Dudi 23/2/2018)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inspiratif Pak. Terima kasih telah mengingatkan

23 Feb
Balas

Iya...betapa aneh skrg ini banyak sekali anak tdk mau direpoti org tuanya yg sudah tua dan sakit2an. Pdhl dia waktu kecilnya sangatlah merepotkan orang tuanya. Semoga kita tidak termasuk golongannya. Amin

23 Feb



search

New Post